Friday, March 1, 2013

Wawancara JST

Setelah mengikuti test IELTS, tahapan selanjutnya adalah wawancara dengan JST (Joint Selection Team) dari AAS. Bisa dibilang ini puncak dari rentetan proses yang harus dijalani para pelamar AAS. Pada hari yang sudah ditentukan, pelamar akan diwawancara oleh 2 orang dosen yang berasal Indonesia dan Australia.

Wawancara berlangsung selama kurang lebih 15-30 menit. Prediksi pertanyaan AAS dapat dilihat disini.

Dari semua prediksi tersebut ada beberapa persamaan dengan apa yang ditanya waktu saya interview dengan JST. Diantaranya:

What motivate you to study in Australia? (motivasinya apa?)

Selain jawaban klise bahwa “Australia has a good education system”, perlu juga jawaban yang argumentasinya kuat. Seperti: Several universities in Australia offer knowledge management course which suited with my interest and needs. Another reason is Australia has highly interest in Asian countries especially in Indonesia. In contrary UK has highly interest in African countries and US focusing on Latin America. So I think Australia has many case studies research in Indonesia and its more easier for me to applied my study.

What are you going to study in Australia? (mau kuliah di mana di Australia?)

Kadang kita hanya menjelaskan alasan memilih jurusan dan Universitasnya. Tetapi penting untuk menjelaskan mata kuliah apa yang menarik dan ingin digali lebih dalam. Kuncinya adalah kita harus memperlihatkan bahwa studi yang akan kita ambil akan bermanfaat untuk pengembangan diri, lembaga dan juga Indonesia. Kaitkan juga jurusan dengan 4 pilar pembangunan yang dipilih, kemudian kaitkan dengan visi dan misi AusAid.

How are you going to implement what you study in Australia when you return to Indonesia? (bagaimana menerapkan hasil studi Anda nanti ketika sudah pulang ke Indonesia?)

Kita mesti realistis, jangan terlalu berambisi akan merubah sistem. Lebih baik mengira2 hal kecil apa yang bisa berdampak besar dan punya direct impact terhadap kemajuan lembaga/organisasi kita. Key wordnya: Think Global, Act Local.

Contoh: Saya bekerja sebagai pustakawan di Lembaga Penelitian. Tugas saya mengelola asset data yang dimiliki lembaga, sebagai bahan referensi peneliti untuk menghasilkan hasil penelitian yang berkualitas. Hasil penelitian ini akan menjembatani pemerintah dalam membuat kebijakan publik.

Klo dirunut kontribusi saya untuk perkembangan Indonesia jauh sekali, tapi berdampak langsung bagi penelitian yang berkualitas dalam rangka: influence policy making process to improve Indonesian people’s welfare.

Are you aware of potential obstacles that you might experience before and after you finish your study? How have you prepared yourself? (bagaimana menghadapi hambatan ketika belajar di Australia dan ketika kembali di Indonesia?)

Penting untuk mengetahui hambatan yang kemungkinan akan dialami dan solusi terbaik untuk mengatasinya. Itu bukti bahwa kita siap mendapatkan beasiswa ini.

What aspects do you see change in relation to what you will study in Australia and how are you going to contribute? (apakah Anda melihat perubahan besar yang terjadi di dunia saat ini? Apa saja hal yang terkait dengan apa yang Anda pelajari saat ini dan bagaimana Anda bisa berkontribusi?)

Waktu itu saya menjelaskan bahwa profesi perpustakaan kadang dianggap hanya sebagai pengelola data dan koleksi perpustakaan. Tapi karena saya banyak berkutat dengan data, akhirnya saya dipercaya untuk turut serta dalam penelitian Kemiskinan Perkotaan. Saya ingin membuktikan bahwa pustakawan bisa berkontribusi langsung pada penelitian.

Pengalaman ketika wawancara dengan JST


Diluar dugaan saya, tim JST sangat ramah dan bahkan mereka mencairkan suasana dengan candaan dan banyak tersenyum. Memang awalnya agak parno, tapi sebenernya tujuan wawancara bukan untuk berdebat dan menunjukkan bahwa kita pintar, tetapi lebih kepada mereka ingin melihat potensi kita dengan berdiskusi. Jadi tidak ada yang benar dan salah dalam menjawab pertanyaan.

Start with smile and just be yourself, tentu mereka udah berpengalaman mewawancara ratusan orang, jadi pasti tau mana yang jujur dan yang tidak.

Pengalaman saya, waktu itu ada moment dimana mereka terus bertanya kepada kita, padahal jawaban kita sudah mentok. Jangan panik dan merasa gagal, tidak ada maksud mereka mau menjatuhkan kita atau menggagalkan. Sebenarnya mereka mau mengeluarkan kemampuan kita.

Wajib latihan wawancara dengan teman yang sudah pernah berpengalaman wawancara beasiswa. Pelajari prediksi pertanyaan dan coba merangkai jawaban sendiri. Jangan menghafal jawaban. Semakin sering latihan, semakin lancar menjawab pertanyaan.

Tentunya kalau latihan cukup pasti nanti kita akan merasa siap dan percaya diri menghadapi wawancara.

"The more you practice, the more you can, the more you want to, the more you enjoy it, the less it tires you."  - Robert A. Heinlein -

No comments:

Post a Comment